Sumber gambar: linkis.com
Sudah menjadi rahasia umum bahwa ada agama yang merekrut orang-orang untuk menjadi bagian mereka dengan iming-iming duniawi. Biasanya, sasaran proyek ini merupakan orang-orang dengan tingkat ekonomi rendah, orang-orang miskin yang papa. Dengan anggapan ‘makan saja susah’, mereka tak peduli dengan akidah. Siapa yang bisa membuat mereka kenyang, ajakannya akan dipatuhi, meski dengan pindah agama.
Haji Bambang Mulyadi, yang kisahnya dimuat dalam Islam Digest Harian Umum Republika Ahad, 10 Januari 2016, merupakan salah satu orang yang dijadikan ‘korban’ dalam aksi jenis ini. Orang tua mereka menganut kepercayaan kejawen dan membebaskan anak-anaknya untuk memeluk agama apa pun.
Lantaran besar di lingkungan Katholik dan sering menerima uang bakti sosial dari gereja saban beberapa bulan sekali, meski hanya sebesar 10 sampai 15 ribu rupiah, ia memutuskan untuk masuk ke Katholik.
Di tahun itu, sekitar tahun 1960-an, angka 10 sampai 15 ribu rupiah adalah jumlah yang besar. Apalagi diberikan secara berulang setiap sekian bulan sekali.
Ketika sosok Bambang masuk SMA, ada tren di kalangan anak muda berupa celana saddle king. Merupakan celana yang sedang ngetop dan hampir dimiliki oleh seluruh teman-teman gerejanya.
Berasal dari keluarga tak berpunya, Bambang pun urung meminta kepada orang tuanya agar dibelikan celana tersebut. Tak lama kemudian, ada teman sesama Katholik yang mengetahui keinginannya, lalu menyampaikan usul. Katanya, “Minta saja uang sama Yesus.”
Bambang kecil pun mengiyakan saran temannya. Saban kesempatan, dia senantiasa berdoa kepada Yesus agar diberi rezeki hingga bisa membeli saddle king. Tanpa lelah, laki-laki yang kini telah menjadi pegawai negeri sipil di daerah istimewa Yogyakarta ini berdoa selama kurang lebih satu bulan.
Lebih dari tiga puluh hari sejak pertama memanjatkan doa, celana saddle king tak kunjung dia miliki. Tiada rezeki yang cukup untuk membelinya. Di tahap inilah, nalarnya mulai tumbuh bahwa Yesus mustahil mengabulkan doanya. Ia hanya berupa patung yang disalib.
Dia pun memutuskan untuk keluar dari Katholik dan sempat menimbulkan kekacauan di gerejanya, karena dia termasuk aktivis di sana.
Meski tak lantas merasakan manisnya cahaya Islam, keluarnya Bambang dari Katholik adalah awal yang baik bagi perjalanan imannya. [Pirman/Kisahikmah]
JANGAN LUPA SHERE KE ORANG LAIN AGAR BANYAK MENDAPAT HIDAYAH..AMIIIN
Sudah menjadi rahasia umum bahwa ada agama yang merekrut orang-orang untuk menjadi bagian mereka dengan iming-iming duniawi. Biasanya, sasaran proyek ini merupakan orang-orang dengan tingkat ekonomi rendah, orang-orang miskin yang papa. Dengan anggapan ‘makan saja susah’, mereka tak peduli dengan akidah. Siapa yang bisa membuat mereka kenyang, ajakannya akan dipatuhi, meski dengan pindah agama.
Haji Bambang Mulyadi, yang kisahnya dimuat dalam Islam Digest Harian Umum Republika Ahad, 10 Januari 2016, merupakan salah satu orang yang dijadikan ‘korban’ dalam aksi jenis ini. Orang tua mereka menganut kepercayaan kejawen dan membebaskan anak-anaknya untuk memeluk agama apa pun.
Lantaran besar di lingkungan Katholik dan sering menerima uang bakti sosial dari gereja saban beberapa bulan sekali, meski hanya sebesar 10 sampai 15 ribu rupiah, ia memutuskan untuk masuk ke Katholik.
Di tahun itu, sekitar tahun 1960-an, angka 10 sampai 15 ribu rupiah adalah jumlah yang besar. Apalagi diberikan secara berulang setiap sekian bulan sekali.
Ketika sosok Bambang masuk SMA, ada tren di kalangan anak muda berupa celana saddle king. Merupakan celana yang sedang ngetop dan hampir dimiliki oleh seluruh teman-teman gerejanya.
Berasal dari keluarga tak berpunya, Bambang pun urung meminta kepada orang tuanya agar dibelikan celana tersebut. Tak lama kemudian, ada teman sesama Katholik yang mengetahui keinginannya, lalu menyampaikan usul. Katanya, “Minta saja uang sama Yesus.”
Bambang kecil pun mengiyakan saran temannya. Saban kesempatan, dia senantiasa berdoa kepada Yesus agar diberi rezeki hingga bisa membeli saddle king. Tanpa lelah, laki-laki yang kini telah menjadi pegawai negeri sipil di daerah istimewa Yogyakarta ini berdoa selama kurang lebih satu bulan.
Lebih dari tiga puluh hari sejak pertama memanjatkan doa, celana saddle king tak kunjung dia miliki. Tiada rezeki yang cukup untuk membelinya. Di tahap inilah, nalarnya mulai tumbuh bahwa Yesus mustahil mengabulkan doanya. Ia hanya berupa patung yang disalib.
Dia pun memutuskan untuk keluar dari Katholik dan sempat menimbulkan kekacauan di gerejanya, karena dia termasuk aktivis di sana.
Meski tak lantas merasakan manisnya cahaya Islam, keluarnya Bambang dari Katholik adalah awal yang baik bagi perjalanan imannya. [Pirman/Kisahikmah]
JANGAN LUPA SHERE KE ORANG LAIN AGAR BANYAK MENDAPAT HIDAYAH..AMIIIN
Tinggalkan Komentar, Gunakan Kata Yang Sopan dan Santun, Dilarang Bersifat Rasis dan Provokatif.
EmoticonEmoticon