Rasulullah memerintahkan umatnya untuk saling melengkapi satu dengan
lainya yaitu antara insan lelaki dengan perempuan dalam mahligai
pernikahan. Karena beliau bercita-cita makin lama umat muslim semakin
banyak, karena itu lelaki yang sudah dewasa disunnahkan untuk segera
menikah dan mempunyai keturunan yang sholeh dan sholehah.
Tujuanya satu, yaitu menguatkan syariat Islam. Agama untuk semua umat
yang mengajarkan kebaikan dalam setiap sendi kehidupan baik antara
manusia sendiri maupun dengan sang Pencipta. Namun membangun biduk rumah tangga memang tak semudah membalikkan
telapak tangan. Menyatukan dua manusia dengan dua kepribadian jelas
bukan perkara gampang. Inilah yang membuat pernikahan terasa sulit
dijalani bila tidak disertai ikatan cinta dan komitmen yang kuat.
Salah satu masalah yang sering ditemukan ialah kondisi karakter
masing-masing pasangan yang berubah tiga ratus enam puluh derajat
setelah menikah dan hidup bersama. Misalnya, perangai mudah marah, mudah
cemburu, super sensitif dan cuek.
Menurut Elly, setidaknya ada tiga
faktor penyebab suami mudah marah dan super sensitif yang harus Anda
ketahui. Selain memaparkan tiga faktor penyebab pasangan mudah marah, Elly
juga memberikan tips mengatasi suami pemarah yang kerap Anda temukan
sehari-hari sebagai pasangan hidup.
1. Sifat dan Karakter Asli
Boleh jadi perangai doyan marah dan mudah tersinggung atau moody yang ditunjukkan pasangan sebenarnya merupakan sifat aslinya. Mungkin ketika masa pacaran, ia tampak baik, sabar, pemaaf dan
sebagainya. Wajar saja karena ia berusaha menunjukkan sikap terbaik pada
sang pujaan hatinya.
Nah, begitu menikah, setelah beberapa waktu kemudian, tampaklah
“wujud” sebenarnya. Jadi selama ini yang ditunjukkan adalah
kepura-puraan semata. Tak mudah memang mengubah karakter asli, apalagi bila sudah dewasa.
Menjadi sebuah tantangan yang rumit bagi pasangan apalagi bila diketahui
sifat aslinya setelah beberapa tahun menikah. Dulu kok terlihat baik,
sekarang mudah tersinggung dan sensitif.
“Dalam hal ini, pasangan harus mampu menempatkan diri sebagai partner yang bisa membantu mengurangi pemicu yang membuat ia jadi super sensitif.”
Jadi, yang mungkin bisa dilakukan adalah mencoba meminimalisasi
potensi ia “meledak”. Misalnya, kita tahu bahwa pasangan cenderung orang
yang on time. Jadi, begitu suami sudah siap berangkat pergi tapi kita
masih belum kelar dandan, bisa saja ia jadi marah.Contoh lain, istri cenderung rapi menata isi rumah, tapi begitu suami
dengan santai meletakkan koran tidak pada tempatnya, bisa saja istri
ngamuk.
“Maka sebagai solusinya kita perlu sensitif atas sifat, karakter ataupun kepribadian pasangan. Ketahui hal-hal apa saja yang bisa memicu ia menjadi bersikap supersensitif. Dengan begitu, kemungkinan konflik rumah tangga lantaran perubahan sikap ini semoga tak terwujud nyata,” ujar Elly.
Kemudian, perlu ada pemahaman bersama bahwa pasangan juga harus
berusaha menurunkan tingkat atau kadar sensivitasnya. Walaupun tidak
berarti mengubah total kepribadiannya, setidaknya dapat menurunkan
derajat sensitivitasnya.
2. Pengaruh Eksternal
Adanya pemicu dari luar lingkungan bisa juga menyebabkan seseorang
menjadi supersensitif. Boleh jadi sifat asli pasangan memang tak mudah
marah, kalem, atau pada dasarnya baik. Akan tetapi, ketika ia menghadapi
tekanan dari luar secara bertubi-tubi, mungkin saja ia menjadi super
sensitif.
Contoh lain adalah ekspektasi yang tak sesuai dengan kenyataan.
Mungkin seorang istri berharap suaminya memberi perhatian lebih, berbagi
mengurus anak dan sebagainya.
Akan tetapi, kejadian tak sesuai harapan. Usai pulang kerja, suami
kecapekan dan langsung tidur. Nah, istri jadi sensitif karena harapannya
tak terwujud. Yang terjadi, istri jadi uring-uringan dan akhirnya
memicu pertengkaran dengan pasangan.
“Ketika pasangan menjadi super sensitif, kita coba untuk duduk bersama. Luangkan waktu untuk membicarakan hal ini. Katakan dengan jujur bahwa sikap pasangan akhir-akhir berubah menjadi super sensitif. Tanyakan apa yang menjadi akar persoalannya, apakah tekanan pekerjaan yang terlalu berat dan sebagainya. Bila sudah diketahui akar masalahnya, selanjutnya bisa dicari jalan keluarnya berdua,” paparnya.
Begitupun bila pemicunya adalah faktor ekonomi atau finansial.
“Masalah keuangan sangat mungkin membuat seseorang menjadi super
sensitif.” Apalagi pria sebagai kepala rumah tangga dituntut untuk mampu
memenuhi kebutuhan keluarga.
Sebaliknya, ketika kondisi perekonomian tidak memadai, yang terjadi
adalah kerisauan yang berujung pada konflik dengan pasangan. Karena itu,
perlu duduk bersama untuk membicarakan akar masalahnya dan mencari
solusi.
3. Faktor Kombinasi
Pasangan menjadi super sensitif lantaran dua faktor, yaitu memang
dasarnya berkarakter sensitif sekaligus ditambah ada pemicu lain di luar
dirinya.Untuk menangani hal ini tentu perlu diupayakan penanganan yang
kombinasi juga masing-masing seperti yang sudah diuraikan di atas.
Tinggalkan Komentar, Gunakan Kata Yang Sopan dan Santun, Dilarang Bersifat Rasis dan Provokatif.
EmoticonEmoticon